SELAKSA.ID— Sejumlah tokoh muda dari berbagai organisasi dan kalangan akademisi bertemu dengan Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono untuk membahas rencana pengusulan Sri Sultan Hamengku Buwono II (HB II) sebagai Pahlawan Nasional.
Pertemuan tersebut menjadi langkah awal dalam upaya mengenang dan mengapresiasi jasa-jasa HB II sebagai tokoh perlawanan terhadap kolonialisme di tanah Jawa.
RM. Fajar Bagoes Sampurno, Ketua Lembaga Vasiati Socaning Lukika sekaligus keturunan HB II, menyampaikan harapan agar perjuangan HB II mendapatkan pengakuan negara.
“Sri Sultan Hamengku Buwono II adalah sosok pemimpin yang konsisten menentang penjajahan Belanda dan membela kepentingan rakyat. Kami berharap pemerintah dan masyarakat luas dapat memberikan perhatian serius terhadap pengusulan gelar Pahlawan Nasional ini,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Wamensos Agus Jabo Priyono menyambut baik inisiatif tersebut dan menyatakan komitmen Kementerian Sosial untuk mendukung upaya pengusulan gelar bagi tokoh-tokoh pejuang bangsa.
“Pemerintah tentu membuka ruang bagi tokoh-tokoh bersejarah seperti HB II untuk diusulkan menjadi Pahlawan Nasional, selama memenuhi kriteria sesuai peraturan yang berlaku. Sosialisasi sejarah kepada generasi muda juga menjadi bagian penting dari proses ini,” kata Jabo.
Ketua Umum Bintang Muda Indonesia (BMI), Farkhan Evendi, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, menekankan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga warisan sejarah.
"HB II adalah simbol keberanian dan perlawanan terhadap penjajahan. Kami ingin nilai-nilai perjuangan beliau ditanamkan dalam pendidikan sejarah agar generasi muda tidak melupakan akar perjuangannya,” jelas Farkhan.
Sementara itu, Utami Oentoro, dosen Universitas Bung Karno, mengusulkan agar kajian akademik mengenai HB II diperluas di lingkungan perguruan tinggi.
“Kampus harus menjadi pusat kajian sejarah dan budaya bangsa. Kami siap mendukung penelitian dan seminar mengenai sosok HB II sebagai bagian dari edukasi publik,” tambahnya.
Dedi, seorang pemerhati sosial yang juga hadir, menambahkan pentingnya pendekatan edukatif yang menarik bagi masyarakat.
“Kita perlu menyusun program edukasi sejarah yang kreatif dan relevan agar tokoh-tokoh seperti HB II lebih dikenal, khususnya oleh generasi muda,” ujarnya.
HB II dikenal sebagai Raja Yogyakarta yang gigih melawan dominasi kolonial Belanda. Ia memerintah Kesultanan Yogyakarta pada dua periode, yaitu 1792–1810 dan 1811–1812. Meski kurang dikenal dibanding tokoh-tokoh perjuangan lain, HB II memainkan peran penting dalam resistensi politik dan militer terhadap kekuasaan asing, serta memberi pengaruh besar terhadap semangat perlawanan yang kemudian dilanjutkan oleh Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825–1830).
Pertemuan ini menghasilkan sejumlah rencana konkret, antara lain penyusunan proposal pengusulan resmi, penggalian sumber sejarah, seminar ilmiah, serta sosialisasi melalui lembaga pendidikan dan media. Diharapkan, dengan kolaborasi lintas sektor dan dukungan pemerintah, nama HB II dapat segera diakui secara nasional sebagai Pahlawan Nasional.[]