Menurutnya, sejak 2023 hingga 2025, teknologi deepfake berkembang pesat dalam isu politik maupun penipuan digital.
“Temuan kami di Mafindo terkait konten hoaks bermuatan politik mulai marak di tahun 2019, sedangkan deepfake ini pertama kali muncul di Indonesia pada 2023 sebelum pemilu 2024,” ujar Septiaji saat diwawancarai media di Jakarta Pusat.
Ia menjelaskan, tren penipuan digital berbasis deepfake semakin masif pada 2025. Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah penyalahgunaan nama tokoh publik seperti Sri Mulyani hingga sejumlah kepala daerah.
“Tujuannya jelas, untuk mengelabui dan membuat masyarakat menerima informasi yang salah,” katanya.
Septiaji menegaskan, deepfake kini berdampak sosial besar, bahkan memicu fenomena yang disebut “deepfake wars.”
Mafindo, lanjutnya, telah berupaya menggunakan berbagai tools untuk mendeteksi deepfake, namun hasilnya belum optimal. “Google adalah salah satu platform yang memiliki sistem untuk membongkar konten.[]
